Pernah mendengar istilah digital marketing metric?
Digital marketing metrics adalah kumpulan nilai yang digunakan untuk mengukur dan melacak kesuksesan sebuah upaya pemasaran menggunakan digital marketing.
Umumnya, pengukuran tersebut dilakukan dengan bantuan tool, seperti Google Analytics. Metric yang diukur bisa menjadi petunjuk apakah upaya digital marketing Anda sudah berhasil. Jadi, Anda bisa menentukan strategi berikutnya.
Nah, kali ini kami akan mengajak Anda belajar digital marketing terutama metrik-metriknya secara lengkap. Yuk, simak pembahasannya.
Digital marketing adalah strategi yang memiliki banyak metric. Ini beberapa kategori digital marketing metrics :
Nah, mari bahas 16 digital marketing metrics berdasar empat kategori di atas :
Website traffic metric berfokus untuk mengukur performa lalu lintas website sebagai pusat aktivitas bisnis online Anda. Apa saja digital marketing metrics-nya?
Overall traffic adalah jumlah keseluruhan traffic sebuah website. Baik dari direct traffic, organic traffic, paid search, affiliate, dan lainnya.
Untuk mengetahui metric ini, Anda bisa menggunakan tool digital marketing seperti Google Analytics, Ubersuggest, dan lainnya.
Mari kita lihat contoh overall traffic di Google Analytics. Pada tab Acquisition, Anda akan mendapat informasi terkait jumlah user setiap harinya dalam grafik Sessions.
Naik turunnya grafik dapat Anda gunakan untuk mengidentifikasi performa traffic website di hari tertentu.
Semakin tinggi traffic website Anda, semakin besar peluang konversi atau penjualannya.
Kalau sudah tahu tentag konsisi traffic, lalu apa selanjutnya?
Nah, grafik overall traffic dapat menjadi pijakan utama untuk menentukan strategi apa yang harus Anda ambil kedepannya. Misalnya dalam contoh berikut :
Pada praktiknya, akan banyak skenario yang bisa Anda temukan. Tetapi dengan memahami overall traffic website, Anda bisa tahu kondisi dan potensi traffic website Anda.
Traffic yang masuk ke website Anda dapat berasal dari beberapa sumber atau channel. Masing-masing channel bisa menyumbang banyak traffic, bisa juga tidak.
Beberapa jenis channel yang merupakan sumber traffic adalah :
Dengan mengecek channel metric, Anda dapat memperkirakan sumber mana yang paling potensial menggiring traffic, dan mana channel yang membutuhkan perbaikan.
Mari pelajari bersama channel metric dari contoh berikut :
Pada contoh diatas, sebagian besar traffic bersumber dari channel direct. Biasanya website yang memiliki banyak direct traffic sudah cukup dikenal oleh pengunjung.
Nah, kalau hal ini terjadi pada website Anda, yang perlu dilakukan adalah terus menjaga branding bisnis. Anda bisa juga membangun upaya brand awareness tersebut melalui strategi content dengan optimasi SEO.
Sebaliknya, kalau sudah membangun upaya melalui paid search, tetapi tidak banyak traffic yang didapat seperti pada contoh, artinya strategi paid search Anda perlu diperbaiki.
Pengunjung website Anda terbagi menjadi dua : pengunjung baru (New) dan pengunjung yang sudah pernah datang sebelumnya (Returning).
New dan returning visitor akan dibedakan berdasarkan historis kunjungan ke website. Kalau menggunakan Google Analytics, contoh adalah seperti ini :
Data new vs returning visitor metric dapat memberi gambaran tentang seberapa berhasil upaya digital marketing hingga menambah jumlah visitor baru dan membuat visitor kembali lagi ke website.
Misalnya, Anda menjalankan cara email marketing. Ternyata banyak visitor baru dan returning visitor yang membanjiri website Anda. Artinya, marketing plan Anda berhasil mendapat respon positif dari audiens.
Mendapatkan visitor baru itu penting, tapi meningkatkan returning visitor juga memiliki banyak manfaat. Lalu, apasih tips untuk mendapatkan returning visitor?
Exit rate adalah metric yang menunjukkan berapa kali visitor mengunjungi satu halaman ke halaman lain, sehingga meninggalkan website.
Misalnya, visitor masuk ke website dari landing page, lalu ke halaman ebook, dan visitor meng-klik tombol download, ketika diminta mengisi form ternyata visitor menutup halaman.
Exit rate dapat memberikan gambaran performa halaman website. Semakin tinggi persentase exit rate di sebuah halaman, kemungkinan semakin memerlukan perhatian : kenapa sih visitor pergi dari halaman ini?
Anda dapat melihat exit rate metric ini di tool digital marketing, seperti Google Analaytics yang sudah menempatkan exit rate sebagai salah satu indikator performa website.
Dari data exit rate, Anda dapat kembali mengevaluasi halaman yang paling sering ditinggalkan visitor. Misalnya, mengaudit dari segi kecepatan, tampilan, hingga memperbarui konten di halaman blog tertentu agar lebih menarik.
h2 Engagement Metric
Engagement metric bermanfaat untuk mengukur interaksi antara audiens dengan digital marketing yang Anda jalankan. Beberapa digital marketing metric terkait engagement, yaitu :
Bounce rate adalah persentase visitor yang meninggalkan halaman website tanpa melakukan apapun. Baik untuk mengisi formulir, mengklik CTA, berlangganan newsletter, hingga melakukan pembelian.
Jika bounce rate tinggi, akan semakin kecil agar Anda menggiring konsumen membeli produk atau sekadar mendapatkan leads. Sebab, mereka terlanjur pergi.
Selain itu, kalau pengunjung berasal dari Google, maka website Anda akan dianggap tidak cocok dengan kebutuhan audiens. Bisa-bisa Google tidak akan merekomendasikan website Anda untuk kebutuhan serupa di mesin pencari.
Untuk itu, mengupayakan agar bounce rate rendah sangat penting.
Nah, mari lihat contoh metric bounce rate dari sebuah website di bawah ini :
Pada contoh tersebut bounce rate-nya mencapai 49%. Meskipun tidak tinggi sekali, tapi perlu diupayakan perbaikannya.
Nah, tingginya bounce rate disebabkan beberapa faktor, misalnya :
Solusinya, Anda perlu menemukan manakah halaman dengan bounce rate yang tinggi dan mulai mencari penyebabnya. Anda bisa membuatnya dalam sebuah prioritas berdasar yang paling tinggi.
Setelah itu, barulah Anda bisa berupaya menurunkan tingkat bounce rate dengan meningkatkan kecepatan website, mnembuat desainnya mobile friendly, dan lainnya.
Time on Page adalah metric yang menunjukkan lamanya visitor berada di sebuah halaman website. Lalu, bagaimana metric ini bisa berkaitan dengan engagement?
Ketika Anda membuat sebuah konten blog dan audiens membaca konten tersebut sampai habis, hal itu menunjukkan sebuah engagement yang tinggi.
Nah, engagement sebuah halaman bisa dihitung dari rata-rata waktu kunjungan per halaman dari setiap pengunjung atau everage time on page. Inilah rumusnya :
Untungnya, Anda tak perlu melakukan perhitungan sendiri. Anda dapat melihat laporan detail di tool Google Analytics seperti contoh di bawah ini :
Dalam contoh Google Analytics di atas, average time on page hanya berkisar 45 detik, kurang begitu baik.
Untuk itu perlu beberapa cara untuk mengatasinya. Salah satunya, dengan mencoba melakukan audit konten. Apa saja langkahnya? :
Pageviews per session adalah jumlah rata-rata halaman yang dilihat visitor dalam satu sesi kunjungan.
Metrik ini dihitung ketika sesorang berkunjung ke halaman situs Anda dan tidak langsung keluar, melainkan masuk ke halaman-halaman lain di website Anda.
Nah, semakin banyak halaman yang dikunjungi dalam sekali akses, maka semakin tinggi juga angka pageviews per session.
Jika angka metrik ini tinggi, artinya pengunjung tertarik dan membutuhkan konten di situs Anda.
Kalau sudah begitu, Anda bisa memanfaatkan beberapa peluang, misalnya :
Mari lihat contoh pageviews per session berikut :
Dari contoh laporan Google Analytics di atas, terlihat dari channel direct, pageviews per session berada di angka 5.10. Artinya, rata-rata halaman yang disinggahi visitor kurang lebih lima halaman, sebelum akhirnya keluar dari website.
Apakah itu hasil yang baik? Menurut survey dari Littledata , website dengan pageviews per session di angka 5.3 sudah termasuk 10% website terbaik.
Lalu, bagaimana cara agar pengunjung betah melihat lebih banyak halaman di situs website? Inilah beberapa cara yang dapat Anda lakukan :
Impression adalah metrik untuk mengukur total orang yang melihat konten Anda (viewers).
Dalam pengertian digital marketing, metrik ini dapat ditemukan dalam semua channel marketing, seperti Facebook Ads, Google AdSense, Instagram Ads, dan website.
Dengan impressions, Anda akan mengetahui berapa kali halaman dari hasil penelusuran Google dilihat pengguna.
Dari contoh diatas, terlihatbahwa angka impressionnya cukup tinggi untuk sebuah landing page. Namun, persentase CTRnya rendah.
Itu artinya, upaya untuk mengajak orang melihat landing page tersebut sudah cukup baik, tapi tidak banyak yang tertarik untuk melakukan pembelian.
Dari sana, Anda tahu bahwa strategi untuk optimasi conversion perlu dilakukan. Salah satunya, dengan membuat landing page yang menarik untuk memikat calon konsumen.
Engagement rate adalah metrik untuk mengukur seberapa aktif visitor dengan konten yang Anda buat. Metrik ini bisa diterapkan untuk berbagai platform digital marketing. Misalnya, media sosial.
Engagement mengukur interaksi yang dilakukan oleh audiens terhadap bisnis Anda.
Sebagai contoh, kalau di media sosial, engagement rate akan mengukur metric berupa likes, comment, share, bukan jumlah followers saja.
Rumus untuk melakukan perhitungan engagement rate di media sosial adalah sebagai berikut :
Sedangkan di website, engagement rate dikalkulasikan sesi yang melibatkan pengguna dan dibandingkan dengan pengunjung website.
Bagaimana melihat sesi yang mencatatt interaksi pengguna? Inilah kriterianya :
Contoh sederhananya, konten blog Anda berhasil menambah 100 orang subscriber dari total 1.000 pengunjung di website Anda. Maka, engagement rate situs Anda adalah 10%.
Perlu dicatat, persentase engagement rate yang baik berbeda-beda di setiap industri.
Misalnya, ecommerce termasuk yang tingkat persaingan engagementnya tinggi. Alasannya, semua aktivitas bisnisnya dilakukan secara online jadi apabila tidak ada engagement, perkembangan bisnis tentu berjalan kurang baik.
Conversion mengukur banyaknya tindakan target konsumen sesuai dengan tujuan strategi bisnis Anda. Misalnya, membeli produk, mendaftar keanggotaan, dan lainnya. Ini dia digital marketing metric yang perlu diukur.
Click Through Rate (CTR) adalah rasio jumlah klik terhadap klik terhadap impression. Dengan metrik ini, Anda dapat mengukur seberapa persen efektif konten digital marketing Anda.
Sebagai contoh, Anda memiliki konten blog dengan keyword “cara membuat blog”. Ternyata, promo post tersebut dilihat oleh 100 orang dan yang mengklik link tersebut sebanyak 10 orang, maka CTR-nya adalah 10%.
Mari melihat contoh lain dari sebuah data di Google Analytics :
Dari contoh laporan CTR di atas, tingkat CTR berkisar 0.58%. Apakah angka tersebut sudah bagus untuk metrik CTR?
Untuk ecommerce, angka 0,58% sudah termasuk bagus. Sebab, tingkat CTR yang baik bisa berbeda-beda tergantung sumber data dan industrinya.
Data dari Similarweb, menunjukkan perbedaan angka CTR ideal dari Display Ads dan Search Ads di setiap industri.
CTR sangat bergantung pada impression dan klik. Jadi, pastikan konten Anda mendapatkan banyak impression dulu, baru dioptimasi agar mendatangkan banyak klik.
Untuk meningkatkan CTR, Anda bisa mencoba jenis Ads atau iklan yang berbeda-beda. Tujuannya, Anda dapat memetakan iklan seperti apa yang efektif menjangkau visitor.
CPC adalah digital marketing metric yang menghitung biaya yang harus Anda bayar untuk setiap klik di iklan Anda.
Untuk mengetahui berapa biaya setiap iklan yang mendapatkan klik, ANda dapat menghitung dengan rumus berikut.
Mari lihat contoh CPC di Google Analytics berikut :
Iklan pertama biaya per click adalah $1.42. Sedangkan iklan nomor sepuluh, biaya per klik adalah $0.97.
Artinya, meskipun mampu mendapatkan klik sebanyak 484, biaya untuk mendapatkan klik pada iklan ke satu cukup tinggi yaitu $688. Sedangkan, untuk iklan ke sepuluh hanya perlu $66 saja.
Apakah strategi Anda adalah menggunakan iklan dengan CPC termurah atau yang paling banyak mendatangkan klik? Apapun itu, selalu gunakan data dari marketing tools.
Meskipunn demikian, pertimbangkan juga bahwa Google Ads dan platform marketing lainnya akan menurunkan biaya jika iklan memiliki jumlah klik yang tinggi. Asalkan, iklan Anda menarik dan relevan dengan kebutuhan visitor.
Untuk mendapatkan hasil seperti itu, bisa Anda mulai dengan meningkatkan kualitas iklan Anda, misalnya :
Jika CPC dihitung berdasarkan click, CPL (Cost per Lead) menghitung biaya per leads atau user potensial. Maka dari itu, Anda perlu mempertimbangkan biaya yang ANda keluarkan untuk mendapatkan leads atau user potensial baru.
Misalnya, Anda mengalokasikan anggaran sebesar Rp 100.000 untuk sebuah iklan. Ternyata, Anda mendapatkan 50 leads. Maka, biaya yang Anda keluarkan untuk setiap leads adalah Rp 2000.
Conversion rate adalah metrik yang mengukur efektivitas landing page Anda dalam membuat pengunjung mengklik tombol CTA, melakukan pembelian, mendownload ebook, dan lainnya.
Jadi, Anda bisa tahu berapa persen pengunjung website Anda yang melakukan konversi.
Misalnya, dari 100 pengunjung halaman ebook, ada 10 orang yang melakukan download. Maka, conversion rate yang berhasil Anda raih adalah 10%.
Agar persentase conversion rate meningkat, Anda dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut :
Sesuai namanya, revenue metric digunakan untuk menganalisa keberhasilan penjualan produk Anda. Setidaknya, terdapat tiga metric penting yang harus Anda pahami :
Customer Acquisition Cost (CAC) adalah metrik untuk mengukur biaya untuk mendapatkan seorang konsumen.
Untuk mengetahui CAC, hitunglah total biaya marketing dan sales, dibagi dengan total konsumen baru.
Misalnya, total biaya marketing Anda sebesar Rp 100.000, dan Anda mendapatkan 10 konsumen baru. Maka, CACnya adalah Rp 10.000.
Return on Ad Spend (ROAS) adalah metrik untuk mengukur keuntungan setelah memasang iklan untuk menjual produk.
Dengan metrik ini, Anda dapt menganalisis dan mengevaluasi efektivitas iklan Anda yang menghasilkan pendapatan dari berbagai channel.
Pada contoh diatas, ROAS dihitung berdasarkan platform iklan, campaign, atau bahkan setiap iklan. Anda jadi tahu mana iklan yang menghasilkan profit lebih tinggi.
Untuk mengukur ROAS, Anda bisa melakukan perhitungan dengan rumus berikut :
Contohnya, Anda mengeluarkan Rp 100.000 untuk iklan dan mendapatkan pemasukan sebesar Rp 300.000 dari iklan tersebut, maka nilai ROAS Anda adalah 300%. Itu berarti strategi iklan Anda berhasil dan perlu dilanjutkan.
Digital marketing metrics yang terakhir yaitu Return on Investment (ROI). Dengan ROI, Anda dapat menghitung laba atas investasi dari digital marketing yang Anda jalankan. Semakin tinggi ROI-nya, maka semakin besar keuntungan yang Anda raih.
Untuk menghitung ROI, bagi laba bersih dengan total biaya, dan dikalikan 100.
Contohnya, dalam satu tahun keuntungan bersih Anda adalah Rp 200.000, dengan total biaya untuk marketing sebesar Rp 100.000. Maka total ROI Anda adalah 50%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa digital marketing menyumbang 50% dari total pemasukan Anda.
Sampai disini, Anda sudah mengetahui bahwa terdapat metrik-metrik penting yang wajib diukur dalam mengevaluasi performa marketing. Mulai dari website traffic, engagement, conversion, hingga revenue metric.
1. Overal Traffic – Perkiraan kondisi performa digital marketing dan peluang konversi.
2. Channel Metric – Mengukur mana sumber/channel yang potensial dan yang harus ditingkatkan.
3. New vs Returning Visitor – Mengukur upaya digital marketing yang membuat pengunjung kembali lagi ke situs web.
4. Exit Rate – Menggambarkan performa sebuah halaman, sehingga tahu mana yang memerlukan audit.
5. Bounce Rate – Mengukur seberapa banyak halaman yang diakses lalu ditinggalkan.
6. Average Time on Page – Mengukur engagement dengan melihat seberapa lama pengunjung di sebuah halaman.
7. Pageviews per Session – Mengukur jumlah rata-rata yang diakses dalam satu sesi.
8. Impression – Mengukur jumlah suatu halaman dilihat oleh visitor dan membantu analisis metric lain.
9. Engagement Rate – Mengukur minat visitor terhadap konten yang dijalankan.
10. Click Through Rate (CTR) – Mengukur efektivitas konten marketing.
11. Cost per Click (CPC) – Biaya untuk setiap iklan yang diklik visitor.
12. Cost per Lead (CPL) – Biaya untuk mendapatkan leads atau user potensial.
13. Conversion Rate – Persentase visitor yang melakukan tertarik konversi.
14. Customer Acquisition Cost (CAC) – Biaya untuk menghasilkan konsumen.
15. Return on Ad Spend (ROAS) – Mengukur pendapatan dari iklan.
16. Return on Investment (ROI) – Mengukur laba dari proses digital marketing.
Demikanlah pembahasan kita kali ini mengenai digital marketing metric, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel berikutnya.